Kamis, 01 Juni 2017

Dua Hari Satu Malam Di Mamuju, Sulawesi Barat

“One’s Destination Is Never Place, But A New Way Of Seeing Things” – Henry Miller

Mamuju, sebuah kota yang paling ditakuti ketika mendengar kota ini waktu sebelum penempatan kerja waktu dulu. Kota yang sering diplesetin sebagai “Maju Mundur Jurang”. Akan tetapi, Kota yang merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Barat ini tidak seperti dibayangkan.  

Beberapa bulan yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi kota ini. Kota ini cukup ramai walaupun tidak seramai kota besar. Walaupun tidak ada Mall besar, kota ini sudah banyak kafe-kafe ala anam muda kekinian yang asik untuk nongkrong-nongkrong atau sekedar ngopi sambil wifian. 

Apa yang membuat saya tertarik untuk berkunjung ke kota ini adalah tempat wisatanya. Konon katanya, Mamuju memiliki keindahan alam yang luar biasa. Sebagai kota di pesisir laut, sangat jelas potensi wisatanya banyak berupa pantai dan keindahan bawah lautnya.

Perjalanan saya di Kota ini hanya singkat yaitu 2 hari 1 malam. Berangkat dari Kota Makassar Jumat Malam hari dan kembali pada Minggu malam. Perjalanan menuju Kota Mamuju dari Kota Makassar ditempuh kurang lebih 8-9 jam perjalanan darat. Sebenarnya ada rute pesawat Makassar ke Mamuju yang dioperasikan oleh beberapa maskapai akan tetapi jam penerbangan hanya ada pada siang hari sehingga saya memilih menggunakan Bus yang berangkat pada malam hari dan tiba pada di Mamuju pada Waktu subuh. Ongkos Bus dari Kota Makassar ke Mamuju berkisar harga Rp150.000 hingga Rp200.000 tergantung kelas dan operator busnya.
Bus yang kami tumpangi untuk menuju Kota Mamuju
Pada Waktu Subuh, Saya dan 1 teman saya tiba di terminal Regional Mamuju dan kami pun segera menuju Kostan teman kami untuk sekedar berisitirahat dan mandi-mandi sebelum bersiap berpetualang di hari pertama.

Hari Pertama ini tujuan pertama kami adalah Pulau Karampuang. Pulau Karampuang merupakan salah satu destinasi wisata terfavorit di Kota Mamuju. Pulau yang berada di Kecamatan Simboro ini  lokasinya tidak jauh dari Pusat kota. Untuk menuju Pulau ini, dari pusat kota kita menuju pelabuhan Mamuju atau tepatnya dermaga yang berada di kawasan pelelangan ikan Kasawi. Dari dermaga ini kita dapat menyewa perahu dengan biaya Rp20.000/orang untuk pulang pergi, cukup murah bukan. Waktu tempuh pun tidak begitu lama hanya 20 menit saja. 

Pulau Karampuang memiliki pesona keindahan bawah laut yang sangat indah. Terumbu karang dan biota laut yang beraneka ragam menjadi daya tarik tersendiri. Terumbu karang di pulau ini masih sangat alami sehingga kita dapat benar-benar dapat melihat keindahannya. 

Pulau Karampuang juga memiliki dermaga panjang yang menjorok dari garis pantai ke laut sepanjang kurang lebih 500 meter sehingga kita juga dapat melihat keindahan karang-karang hanya dari dermaga saja tanpa perlu menyelam atau snorkling. Dari atas dermaga kita dapat melihat air yang jernih sekali sehingga ikan-ikan yang berwarna-warni dapat terlihat dengan jelas. 

Selain menikmati kiendahan laut dari Dermaga, kita juga dapat menelusuri seluk beluk pulau mengikuti jalan setapak yang sudah dibangun. Kita dapat menikmati keindahan pulau dari atas bukit sambil melihat pusat  kota Mamuju dari kejauhan. 

Selain keindahan lautnya, di Pulau Karampuang juga terdapat Gua. Gua ini bernama Gua Lidah. Di Gua ini terdapat tangga yang bisa digunakan untuk menelusuri Gua hingga ke dalam. Di bagian selatan pulau ini juga terdapat sumur tiga rasa atau sering dikenal sebagai Sumur Jodoh. Sumur ini memiliki tiga rasa yaitu rasa tawar, asin dan payau.
Setelah puas menikmati keindahan alam Pulau Karampuang, kami pun kembali ke pusat kota. Beristirahat sejenak sambil makan siang dan bersih-bersih, tujuan wisata kedua kami di Kota Mamuju ini adalah Rumah Adat Mamuju. 

Rumah Adat Mamuju ini berada di Pusat Kota sehingga sangat mudah menemukan lokasi ini. Di Lokasi ini kita dapat mengenal lebih bentuk rumah adat Mamuju. Rumah Adat Mamuju merupakan kesatuan bangunan yang nilainya tidak terpisahkan dengan bangunan lain. Bangunan rumah adat Mamuju terdiri dari beberapa unit yaitu bangunan utama, Rumah utama Raja, Salassa, Pandai besi emas, lumbung padi, kandang kuda, kandang rusa dan semua bangunan ini terbuat dari kayu.
Setelah dari Rumah Adat Mamuju, kami menuju Pantai Mannakara. Pantai Mannakara merupakan pantai yang lokasinya di pusat kota, tidak jauh dari Rumah Adat Mamuju. Pantai Mannakara adalah pantai yang layaknya Pantai Losari di Makassar. Pantai yang sangat ramai di sore hari karena pantai ini adalah lokasi untuk berkumpul para tua muda, anak-anak pria hingga wanita. Pada sore hari berjejer warung  sepanjang bibir pantai yang menawarkan makanan dan minuman. Dari kopi hingga saraba, jagung bakar hingga pisang epe, ya memang tidak berjauh berbeda dengan Pantai Losari. Hal unik yang berada di Pantai Mannakara adalah terdapat payung-payung besar dan terdapat juga Gong perdamaian.
Puas menikmati Pantai Mannakara, kami pun menuju selatan yaitu ke Masjid Gubernur Sulawesi Barat. Di Masjid ini cukup ramai di sore hari, selain untuk beribadah, dari masjid ini juga kita dapat melihat keindahan laut dan Pulau Karampuang dari kejauhan karena Masjid ini berada di dataran tinggi. Di dekat Masjid ini juga terdapat jembatan unik yang sangat instagenic sehingga sore itu banyak sekali muda mudi selfie di sepanjang jembatan.
Setelah dari Masjid, kami pun menyudahi perjalanan kami di hari pertama ini di Kota Mamuju. Kota yang tidak seperti dibayangkan selama ini. 

Hari kedua kami kemana saja?tunggu yah kelanjutannya :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar