Rabu, 05 Oktober 2016

Jelajah Ternate-Tidore-Pulau Morotai, Maluku Utara ( Part-4)

Hari keempat
Pagi hari di Pulau Morotai. Tak terasa sudah hari keempat. Pagi itu suasana di Pulau Morotai masih sangat sepi. Hanya beberapa bentor saja yang berlalu-lalang mengantar penumpang ke Pasar. Di hari keempat ini saya akan melihat sejenak lokasi-lokasi bersejarah yang ada di Pulau Morotai. Akan tetapi karena keterbatasan waktu, jadi tidak seluruh tempat saya kunjungi. Pagi itu hanya 2 tempat yang saya kunjungi yaitu situr Air Kaca dan Monumen Trikora. Keterbatasan waktu ini karena saya menyesuaikan jadwal speedboat menuju Tobelo. Sebenarnya jadwal speedboat ini hingga sore, akan tetapi speedboat berangkat hanya jika kapal penuh sehingga lebih baiknya berangkat di pagi hari ditambah juga jika pagi hari keadaanombak masih cukup tenang.

Dengan menyewa Bentor seharga Rp100.000 (mahal :( ) saya pun pertama menuju Situs Air Kaca. Melintasi pusat kota Morotai dan suasana mulai ramai oleh para abdi Negara yang sedang berupacara di halaman gedung kantor Bupati Morotai. Melintasi beberapa situs sejarah dan Bandar udara pitu, saya pun tiba di Situs Air Kaca.

Situs air Kaca merupakan sebuah ceruk mata air alami atau juga sungai bawa tanah yang muncul ke permukaan tanah. Disebut air Kaca karena dahulu air disini bening dan jernih sekali seolah-olah kita dapat mengaca. Akan tetapi pada saat ini kondisi air kaca tak sejernih dahulu kala. Air Kaca ini merupakan tempat Jenderal Mac Arthur mandi dan juga menjadi sumber air yang vital bagi pasukan perang Amerika di masa perang dunia ke-II. Dan juga menurut cerita, Jenderal Mac Arthur mendapat ramalan dalam berperang nanti ketika mandi ditempat ini. 

Lokasi situs air kaca ini tidak jauh dari pusat kota Daruba. Jarak tempuhnya kurang lebih 7KM. dari pusat kota Daruba, hanya tinggal mengikuti jalan kea rah bandara Pitu dan kemudian mengikuti petunjuk jalan yang sudah ada. 

Untuk mencapai kolam, kita dapat menuruni anak tangga. Menurut bapak penjaga situs ini, anak tangga tersebut sudah dibangun sejak dahulu oleh Amerika. Sebuah bak penampungan air peninggalan juga masih ada terlihat kuat berdiri. 

Lokasi Situs Air Kaca
Setelah dari situs air kaca, saya pun kemudian menuju Monumen Trikora. Lokasi Monumen Trikora ini di pinggir jalan utama dari situs air kaca menuju pelabuhan daruba. Monumen ini dibangun sebagai simbol bahwa dulu pulau Morotai dijadikan sebagai tempat mendarat pasukan Trikora ketika akan berjuang merebut kembali Irian Barat. Didekat Monumen Trikora juga terdapat Museum Trikora akan tetapi pada saat saya kesana, museum tersebut sedang dalam tahap renovasi. Di sekeliling Monumen Trikora terdapat beberapa Kincir angin yang menarik untuk kita lihat. 
Monumen Trikora
Setelah dari Monumen Trikora saya pun kembali ke penginapan sebentar untuk bersih-bersih dan sarapan. Setelah itu saya pun ke Pelabuhan Daruba untuk menuju Kota Tobelo menggunakan Speedboat. Tarif Speedboat sebesar Rp100.000/orang. Speedboat baru berangkat jika kuota 12 orang terpenuhi sehingga saya pun harus menunggu kurang lebih 30 menit. Sambil menunggu, saya pun melihat-lihat para warga sekitar memancing di beningnya air disekitar pelabuhan. Penyebrangan dari Pelabuhan Daruba menuju Tobelo memakan waktu kurang lebih 90 menit. Alhamdulillah siang itu ombak masih cukup tenang :D. melintasi lautan luas, melewati beberapa pulau kecil disekitaran morotai seperti pulau mitita yang dari kejauhan menampilkan pantai pasir putih yang panjang.
Perjalanan Menuju Tobelo
Setelah sampainya di Tobelo, saya pun naik angkutan umum dengan mobil avanza atau xenia atau orang tobelo menyebutnya taksi. Tarif taksi dari tobelo menuju Pelabuhan Sofifi sebesar Rp.120.000 tergantung jumlah penumpang salam satu mobil. Pelabuhan Sofifi merupakan pelabuhan penghubung untuk menuju Pulau Ternate. Dari tobelo menuju Pelabuhan Sofifi memakan waktu kurang lebih 5 jam. Perjalanan melintasi trans Halmahera didominasi oleh jalan berliku dengan sepanjang jalan kita memandang lautan yang biru mempesona. Pohon pohon kelapa di sisi pantai menambah segar dan tak membuat ngantuk. Jalur trans Halmahera ini memiliki jalan yang bagus hanya ada beberapa titik saja yang rusak itupun hanya pendek. Jauh dari banyangan yang akan mengira jalur trans Halmahera ini akan banyak jalan yang rusak. 
Ikan yang baru ditangkap dan dikumpulkan di Pelabuhan Tobelo
Pelabuhan Speedboat Tobelo
Setelah sampai di Pelabuhan kapal fery Sofifi, saying sekali sudah ketinggalan kapal. Yang dijadwal pukul 15.30 akan tetapi pukul 15.00 sudah berangkat haha pas banget sampe pelabuhan kapalnya berangkat. Oleh karena itu, saya pun segera menuju pelabuhan speedboat. Jadwal Speedboat disini juga tak menentu, speedboat berangkat jika kuota terpenuhi. Tarif Speedboat sebesar Rp50.000 dengan menempuh waktu kurang lebih 1 jam perjalanan.

Sesampainya di ternate, saya pun berjalan kembali menuju Pantai Falajawa. Pantai Falajawa ini merupakan tempat berkumpulnya muda-mudi ternate. Pantai ini kalau di Makassar mirip dengan Pantai Losari, akan tetapi di Pantai ini airnya masih jernih sekali dan  bias digunakan untuk berenang maupun Snorkling. Di Pantai ini juga masih terdapat banyaknya ikan-ikan berwarna warni yang dapat kita lihat baik dari pinggir pantai ataupun ketika snorkling. Didekat Pantai falajawa juga terdapat Taman Nukila yang merupakan tempat bermain dan bersantai dibawah rindangnya pepohonan dan menikmati semilir angin pantai. Dan kemudian kita juga dapat menuju Masjid almunawar. Masjid Apung ditepi laut ini merupakan masjid yang cukup besar di Kota Ternate.
Masjid Agung Al-Munawar
Setelah dari pantai Falajawa, saya pun kembali ke Penginapan. Kali ini saya kembali menginap di Penginapan Intan yang berada di Jalan Salim Fabanyo, Tanah Raja, Ternate. Penginapan dengan harga Rp150.000 permalam ini cukup baik dan bersih dan yang terpenting nyaman  untuk tidur.

Hari Kelima
Tak terasa sudah hari kelima dan hari ini pun harus kembali ke Makassar. Penerbangan saya kembali ke Makassar menggunakan maskapai Sriwijaya air dengan jam keberangkatan pukul 16.15. karena penerbangan masih sore, saya pun pagi itu memilih lokasi yang tidak jauh dari kota. Pilihan pertama saya yaitu Pantai Fitu. Pantai Fitu merupakan Pantai yang terletak di Kelurahan Fitu, ditepi jalan ngade atau searah dengan jalan menuju Danau Ngade. Pantai Fitu merupakan Pantai yang wajib anda kunjungi jika berkunjung ke Pulau Ternate. Pantai Fitu merupakan lokasi paling pas untuk merekonstruksi foto di uang pecahan seribu rupiah. Sudut angel yang didapat sangatlah pas. Dengan latar belakang pulau maitara dan Pulau Tidore, menambah cantik pemandangan di Pantai ini. Untuk menuju pantai fitu, kita dapat menaiki oto dari terminal dengan tarif Rp6.000 dan berhenti di gang masuk menuju Pantai Fitu.
Pantai Fitu
Setelah dari Pantai Fitu, saya pun menuju Kedaton Ternate. Kedaton Ternate terletak di Pusat Kota sehingga sangat mudah untuk menuju tempat ini. Kedaton Ternate merupakan tempat bersejarah yang berada di Ternate. Museum Kedaton Ternate dibangun sejak tahun 1813 oleh sultan Muhammad Ali di atas bukit Limau Sentosa. Museum Kedaton Sultan Ternate berbentuk segidelapan yang bentuknya menyerupai seekor singa yang sedang duduk dengan kedua kaki depannya menghadap ke laut dan Gunung Gamalama sebagai latar belakangnya. Dari sinilah sejarah pemerintahan Kesultanan Ternate yang pertama dimulai hingga mencapai kejayaannya lalu kemudian direnggut oleh bangsa kolonial. Di tempat ini menyimpan banyak barang-barang bersejarah seperti pakaian sultan, alat perang, dan yang paling unik dan sacral ialah Mahkota sang Sultan. Mahkota ini memiliki rambut yang dapat tumbuh layaknya rambut manusia sehingga menjadi satu kewajiban untuk melakukan upacara ritual istampa atau pemotongan rambut mahkota setiap satu tahun sekali setiap hari raya Idul Adha. Sayangnya, ketika saya berkunjung ke Kedaton Ternate tidak dapat melihat secara langsung mahkota tersbeut karena barang tersebut sangatlah sakral dan disimpan di salah satu ruang di Kedaton. Untuk memasuki Kedaton ini tidak dipungut biaya hanya saja ada sumbangan sukarela untuk para abdi keratin yang memandu kita untuk melihat-lihat dan mecertikan sejarah Kerajaan Ternate.
Gunung Gamalama dari Pintu Masuk Kedaton
Pakaian Sultan
Pemandangan dari Kedaton
Ruang Utama Kedaton
di Pendopo Kedaton
Setelah dari Kedaton Ternate, saya pun melanjukan ke Benteng Tolukko. Benteng ini merupakan spot terakhir yang saya kunjungi dalam perjalanan saya di Ternate. Lokasi Benteng ini tidak jauh dari Bandara sehingga saya mengunjunginya ketika perjalanan kembali menuju Bandara. Benteng Tolukko.

Benteng Tolukko merupakan salah satu dari banyaknya benteng di Ternate. Benteng Tolukko terletak di Kelurahan Sangadji, Ternate. Benteng ini merupakan peninggalan bangsa portugis. Benteng Tolukko dibangun oleh seorang panglima Portugis yang bernama Fransisco Serao, pada tahun 1540. Benteng ini dibangun dalam upaya mempertahankan dalam menguasai cengkih yang kala itu didominasi oleh bangsa Eropa.   Benteng Tolukko ditinjau dari segi pertahanan terletak ditempat strategis. Karena diibangun diatas Bukit Batuan yang tinggi diatas lembah sekitarnya dan lokasinya dekat laut. Letaknya yang dekat ke laut membuat akses ke laut sangat mudah. Bukit Batuan tempat Benteng Tolukko berdiri memanjang ke arah Barat laut. Saat ini Benteng Tolukko dibuat taman dengan rerumputan yang hijau sehingga menambah kecantikan benteng ini.
Setelah dari benteng Tolukko, saya pun menuju Bandara dan selesailah perjalanan Jelajah Ternate-Tidore-Morotai kali ini. Sebenarnya masih banyak tempat-tempat indah lainnya di Ternate dan Tidore, akan tetapi karena keterbatasan Waktu hanya beberapa saja yang dapat saya kunjungi. Jadi gak ada salahnya jika kalian berwisata sambil belajar sejarah di Pulau ini. Dijamin gak akan menyesal….

Selesai……………