Sabtu, 17 Juni 2017

Wisata Sulawesi Selatan : Fort Rotterdam

Jalan-Jalan Ke Makassar rasanya kurang jika tak berkunjung ke Fort Rotterdam. Fort Rotterdam  atau sering dikenal dengan Benteng Rotterdam menyimpan sejarah pada masa lampau. Jadi selain kita jalan-jalan, kita juga dapat mempelajari  tentang sejarah Makassar.
Fort  Rotterdam terletak tidak jauh dari Pantai Losari, jaraknya kurang lebih hanya 1 KM atau tepatnya di Jalan Ujung Pandang. Fort Rotterdam dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-IX yaitu Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung. Pada Zaman Dahulu, Orang Makassar menyebut Benteng ini sebagai Benteng Payyua atau Benteng Penyu.

Bentuk bangunan ini jika dilihat dari ketinggian berbentuk seperti penyu yang akan masuk ke pantai oleh karena itu Benteng ini dahulu disebut Benteng Penyu. Benteng ini dahulu merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Pada perjanjian Bungaya, Kerajaan Gowa diwajibkan menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menguasai benteng ini, Nama Benteng ini diubah menjadi Fort Rotterdam.

Dinding-dinding Fort Rotterdam masih berdiri kokoh hingga saat ini. Dinding yang menjulang tinggi hingga mencapai kurang lebih 5 meter dengan pintu masuk utama berupa lorong. Jika kita berkunjung ke Fort Rotterdam ini di pintu masuk kita harus mengisi buku tamu yang sudah disediakan oleh pengelola.

Setelah masuk kawasan benteng, kita akan disambut dengan hijaunya rerumputan, taman yang asri dan suasana yang sangat hening. Di tengah taman terdapat Bangunan tua yang bentuknya sangat unik.

Salah satu tempat yang menjadi lokasi favorit yaitu Museum La Galigo. Museum ini menyimpan benda-benda bersejarah. Benda bersejarah tersbeut seperti peralatan hidup, naskah sejarah, keramik dan benda lain yang digunakan oleh Suku Bugis, Makassar, Toraja dan Makassar. Selain Museum La Lagaligo, kita juga dapat mengunjungi ruang tahanan Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap di Jawa. 
Fort Rotterdam dibuka setiap hari mulai pukul 08.00-18.00 atau jika sedang ada event dibuka hingga malam hari. Jika ingin masuk, harga tiket masuk hanya sekedar sumbangan sukarela. Di Fort Rotterdam sering diadakan event-event pertunjukan musik, seni dan lainnya.

Sabtu, 10 Juni 2017

Dua Hari Satu Malam di Mamuju, Sulawesi Barat (Part II)

Melanjutkan tulisannya mengenai jalan-jalan di Mamuju, Mamuju yang berada di tepi laut sehingga wisata alamnya lebih di dominasi Pantai. Mamuju yang merupakan kota penghubung antara kota Makassar di Sulawesi Selatan dan Kota Palu di Sulawesi Tengah. Walau di Dominasi oleh wisata Pantai, akan tetapi ada beberapa wisata air terjun dan perbukitan yang wajib dikunjungi jika berkunjung ke Kota Mamuju.

Hari kedua ini, pagi harinya kami akan menelusuri pantai-pantai yang berada di sebelah selatan kota. Dari kota kami menelusuri jalan melewati kantor Gubernur Sulawesi Barat hingga menemukan jalan dari jalan beraspal hingga jalan yang masih berbatu. Kawasan pantai di sebelah selatan kota ini sering di sebut kawasan Tanjung Losa. Tanjung Losa berada di Kecamatan Simboro berbatasan dengan Kecamatan Ngalo Tapalang Barat. Kawasan Tanjung Losa ini terdiri dari banyak pantai dari pantai pasir putih hingga pantai batu losa. Kawasan ini belum banyak dikunjungi oleh wisatawan karena akses maupun fasilitas penunjang lainnya belum begitu mendukung. Beberapa pantai ada yang berpasir putih dan ada yang berpasir hitam. Ada satu hal yang unik yaitu Pantai Batu Losa. Pantai batu losa ini memiliki batuan besar di tepi pantai yang bentuknya mirip dengan Bikini Bottom di serial kartun Spongeboob. 

Menelusuri pantai-pantai yang berada di Kawasan tanjung losa tak terasa sudah memakan waktu cukup lama. Kami pun segera kembali ke kota dan akan menuju kawasan perbukitan. Ada apa di kawasan perbukitan tersebut?yap tujuan utama kami yaitu menuju Air Terjun Tamasapi.
Menikmati Pemandangan pantai dari atas bukit
Pantai Batu Losa, mirip bikini Bottom
anak-anak di Pantai Batu Losa yang sedang mengumpulkan ikan setelah memancing
Air Terjun Tamasapi terletak di Dusun Tamasapi, Desa Mamunyu, Kecamatan Mamuju. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota. Air Terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih 75 meter dan airnya bersumber dari sungai tamasapi. 

Dari pusat kota untuk menuju Air Terjun Tamasapi dapat di akses menggunakan kendaraan roda empat maupun dua karena jalannya sudah cukup bagus walaupun sedikit menanjak. Dari kota kita mengmabil arah menuju RSUD dan di perempatan kita belok kanan atau lebih mudahnya gunakan google maps heheh gampang kok jalannya . ketika memasuki kawasan wisata, tiket masuk hanya sebesar Rp2000. Sangat murah kan. Setelah tiba di parkiran, kita harus menelusuri jalan setapak sepanjang 1KM.  Di sepanjang perjalanan, kita akan menemui air terjun kecil, aliran-aliran sungai kecil yang airnya sangat dingin dan menyegarkan. 

Suasana alam di air terjun Tamasapi masih sangat alami. Pohon-pohon yang rindang menambah kesejukan di air terjun ini. Di lokasi air terjun juga sudah cukup tertata rapi dan telah dibangun sebuah pendopo yang dapat digunakan oleh para pengunjung. Di air Terjun ini kita dapat bermain air dan berenang akan tetapi tetap harus jaga keselamatan.
Air Terjun kecil yang ditemukan di jalan menuju air terjun Tamasapi
suasana yang masih alami
aliran yang ditemukan di sepanjang jalan
Air Terjun Tamasapi yang keren
Pendopo-pendopo yang berada di kawasan air terjun
serunya bermain air
Dari air terjun Tamasapi ini kami melanjutkan ke Anjoro Pitu. Anjoro Pitu yang memiliki arti Kelapa Tujuh merupakan kawasan perbukitan yang berada di sebelah timur Kota. Di Kawasan ini  terdapat landmark kota Mamuju. Dari kawasan ini kita dapat melihat keindahan kota dari atas yang menyajikan landscape kota dan laut yang indah. Selain itu juga kita dapat melihat keindahan Pulau Karampuang dari jauh. Di Kawasan ini juga terdapat rumah jabatan bupati Mamuju.
Keindahan Tanjung Losa dari atas bukit

Landmark Kota Mamuju
Pemandangan Pulau Karampuang dari Anjoro Pitu
Rumah Jabatan Bupati Mamuju
Setelah menikmati keindahan alam dan angin sepoi-sepoi dari Anjoro pitu, kami pun kembali ke kota karena waktu sudah sore. Malam harinya kami harus kembali ke Makassar karena keesokan harinya sudah hari senin. Iya senin, kembali mencari sebongkah berlian dan emas kembali. 

Demikianlah sedikit cerita perjalanan dua hari di Mamuju. Sebuah kota yang cukup asik untuk dikunjungi. Masih banyak spot wisata yang belum di Kunjungi dan biasanya pada bulan Agustus diadakan sebuah festival di Kota Mamuju seperti lomba perahu dan lainnya.