Sulawesi Selatan, Provinsi yang
saat ini menjadi tepat numpang hidup beberapa tahun kedepan. Sebagai PeEnEs yang hidupnya tidak jauh dari kata
mutasi. Sebelumnya saya bertugas di Surabaya dan pada pertengahan Juli kemarin
harus meninggalkan Surabaya dan menempati Kantor baru di Sulawesi Selatan,
tepatnya kota Makassar, Alhamdulillah masih kota besar heehhe. Jadi tak ada
salahnya jika selagi berada di Makassar, saya menikmati keindahan alam yang ada
disini. Salah satu yang terkenal yaitu Gunung Bawakaraeng.
Gunung Bawakaraeng merupakan
salah satu Gunung yang berada di Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Gowa.
Gunung Bawakaraeng memiliki ketinggian 2830mdpl. Gunung Bawakaraeng memiliki
arti sendiri dikalangan masyarakat yaitu bawa=mulut dan karaeng=Tuhan jadi
Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan.
Pada akhir pekan kemarin saya dan
teman-teman pun dengan berjumlah 13 orang diberi kesempatan untuk melihat
keindahan Gunung Bawakaraeng. Untuk memulai pendakian, pertama kami pun harus
menuju Desa Lembanna, Sebuah desa di kaki Gunung Bawakaraeng. Untuk menuju desa
Lembanna tidak ada transportasi umum sehingga kami pun membawa mobil sendiri.
Dari Makassar ke Desa Lembanna memakan waktu kurang lebih 3 jam melewati Hutan
Pinus Malino.
Pendakian di mulai Hari Jumat
Malam, di Desa Lembanna tidak ada pos registrasi dan kami memarkirkan mobil pun
depan rumah warga. Dari desa Lembanna, kami pun memulai perjalanan melintasi
perkebunan sayur warga dan hingga hutan pinus. Dan kami pun memilih bermalam di
kawasan hutan pinus karena waktu sudah terlalu malam untuk melanjutkan
perjalanan.
Pagi hari pukul 04.00, kami pun
bangun dan bersiap untuk memulai pendakian. Untuk menuju puncak Bawakaraeng,
kami harus melewati 10 Pos. dari 10 Pos yang ada, di Pos 2, Pos 3, Pos 5 dan
Pos 8 terdapat sumber air. Dari hutan
pinus kami berjalan dan akan memasuki hutan yang lebih lebat lagi setelah
keluar dari hutan pinus. Di jalur menuju Pos 1 jalur yang ditempuh sedikit
menanjak. Untuk menuju pos 1, dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Di Pos 1 ini
merupakan jalur percabangan antara Puncak dan Lembah Ramma, oleh karena itu
kami pun harus berhati-hati memilih jalan, akan tetapi jangan bingung karena
sudah ada petunjuk arahnya. Hal unik dari setiap pos yang ada terdapat tugu
yang bertuliskan kata mutiara dan informasi ketinggian. Pos 1 ini memiliki
ketinggian 1718 mdpl.
“Kami Orang Yang Beradat, Adatlah Dijunjung Tinggi Keramah Tamahan Jadikan Kain Selimut”
Tugu di Pos 1 |
Setelah melewati Pos 1, kami pun
bergegas menuju Pos 2. Waktu tempuh dari Pos 1 menuju Pos 2 memakan Waktu 1
jam. Di Pos 2 biasanya digunakan para pendaki untuk beristirahat dan mengisi
kembali persediaan air karena terdapat sungai kecil dengan air yang jernih
“Berapa Banyak Harta Yang Dimiliki Kalau Sifat Tamak Dan Tidak Bersyukur, Memiliki Seluruh Isi Bumi Pun Tidak Akan Bahagia”
Tugu Pos 2 |
Dari pos 2 ke Pos 3, waktu yang
ditempuh hanya 30 menit karena jarak yang dekat. Di pos 3, kami pun harus
menyebrangi sungai kecil. Untuk menuju pos 3 melewati hutan perdu. Pos 3 berupa tanah datar dan terdapat pohon
ditengahnya. Di pos 3 ini para pendaki biasanya tidak akan lama berada disini
karena terdapat cerita mistis mengenai makhlus halus di Pos ini. Konon katanya
dahulu ada seorang wanita yang bunuh diri dan mayatnya menggantung di pohon
tersebut.
“Jangan Terlalu Bergantung Pada Orang Lain, Karena Bayanganmu Dapat Meninggalkanmu Saat Kamu Ada Dikegelapan”
Tugu Pos 3 |
Dari pos 3 ke Pos 4 jalur yang
dilalui masih sama seperti sebelumnya, jalur yang sedikit agak terbuka,
pohon-pohon hutan mati sisa kebakaran. Dari pos 3 ke Pos 4 menempuh waktu
kurang lebih 1 jam. Di pos 4 ini memiliki lahan yang cukup luas sehingga dapat
digunakan untuk bermalam. Pos 4 berada di ketinggian 1940 mdpl
“Harta Yang Paling Menguntukan Ialah Bersabar, Teman Yang Paling Akrab Adalah Amal, Pengawal Pribadi Yang Paling Waspada Yaitu Diam, Bahasa Yang Paling Manis Itu Senyum Dan Ibadah Yang Paling Indah Tentunya Khusyuk”
Tugu Pos 4 |
Setelah istirahat di Pos 4, kami
pun melanjutkan perjalanan ke Pos 5. Waktu tempuh menuju pos 5 kurang lebih 1
jam. Jalur yang dilewati hutan yang cukup rapat dan cukup asri dengan sinar matahari yang
berusaha menembus melalui celah dedaunan.
Pos 5 merupakan kawasan yang cukup luas dan terbuka. Di pos 5 pun terdapat
sumber air akan tetapi lokasinya cukup jauh.
“Kehidupan Manusia Baik Dan Buruk Adalah Akibat Dari Perbuatan Manusia Itu Sendiri”
Tugu Pos 5 |
Pemandangan dari Pos 5 |
Perjalanan dari Pos 5 ke Pos 6
langsung menanjak yang cukup terjal dan sejauh mata memandang terlihatlah
kawasan hutan mati sisa kebakaran hutan beberapa tahun yang lalu. Di beberapa
tempat kami dapat melihat perkotaan dari kejauhan dan sungai yang
berkelok-kelok membelah bumi Sulawesi. Waktu tempuh dari pos 5 ke Pos 6 kurang
lebih 1 jam.
“Merubah Wajah Tidak Akan Merubah Apapun, Namun Menghadapi Perubahan Dapat Merubah Segalanya”
Menuju Pos 6 |
Pemandangan menuju pos 6 |
Tugu Pos 6 |
Di pos 6 kami beristirahat
sejenak untuk menghilangkan lelah. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan.
Jalur yang dilewati untuk menuju Pos 7 adalah kawasan sejuk dan rada lembab.
Kami melewati jalur menanjak di kawasan hutan lumut. Lumut-lumut hijau yang
menempel di pepohonan menambah keindahan jalan yang dilalui menuju pos 7. Di
pos 7 terdapat lahan luas yang dapat digunakan untuk ngecamp dan terdapat batu
besar. Dari batu besar tersebut, kami dapat melihat pemandangan yang sangat
indah dan puncak bawakaraeng pun mulai terlihat. Pos 7 memiliki ketinggian 2548
mdpl
Hutan Lumut menuju Pos 7 |
Tugu Pos 7 |
Jalur pos 7 untuk menuju pos 8
merupakanjalur terberat di sepanjang perjalanan. Waktu tempuh kurang lebih 2
jam. Trek yang dilewati merupakan hutan lebat dengan jalur menanjak terjal
kemudian menurun tajam dan kembali menanjak terjal. Dijalur ini banyak jalan
yang dilewati merupakan jalur rawan longsor dengan kiri jurang sehingga kami
pun harus ekstra hati-hati. Setelah sampai di Pos 8, kami pun memilih untuk
bermalam di Pos 8 dan melanjutkan perjalanan esok pagi menuju Puncak. Di Pos 8
cukup terdapat lahan untuk mendirikan tenda dan di bawah ada sungai yang
merupakan sumber air bagi pendaki.
“Ada Kesuksesan Dibalik Keputusan-Keputusan Yang Sulit Diambil”
Tugu Pos 8 |
Malam itu di Pos 8, udara dingin
menusuk tulang, semakin malam semakin terdengar suara anjing melonglong, tidur
antara nyenyak akibat kelelahan dan tidak nyenyak karena ketakutan. Pagi pun
dating, tepat pukul 4.00, kami pun memulai pendakian ke Puncak. Barang bawaan
kami tinggal yang kami bawa hanyalah perlengkapan seadanya dan makan dan minum
secukupnya. Dari pos 8 kami berjalan turun melewati sebuah sungai dan langsung
dihajar dengan tanjakan terjalnya ditambah jalan yang licin. Jalan yang
dilintasi jalur hutan lebat dengan akar-akar besar dan keluar tanahnya. Untuk menuju
pos 9 membutuhkan waktu 1 jam. Di pos 9 ini cukup luas untuk bermalam akan
tetapi tidak ada sumber air. Pos 9 memiliki ketinggian 2628 mdpl.
“Gagal Itu Biasa, Tetapi Kegagalan Yang Sesungguhnya Adalah Saat Kita Menyerah Dan Berhenti Mencoba”
Tugu Pos 9 |
Setelah beristirahat sebentar di
Pos 9, kilau merah merona dari ufuk timur pun mulai terlihat, matahari akan
segera terbit, maka dari itu kamipun bergegas menuju Pos 10. Pos 10 merupakan
pos terakhir sebelum menuju Puncak. Dari pos 9 ke Pos 10 merupakan jalur
terbuka dan berbatu, terdapat beberapa tanaman edelwise dan juga pohon-pohon
mati seperti pohon bonsai. Perjalana menuju pos 10, kami pun dapat melihat
kelap kelip lampu kota dari ketinggian. Dari Pos 9 ke Pos 10 memakan waktu 1
jam.
Sunrise mulai terlihat di perjalanan menuju Pos 10 |
Di Pos 10 merupakan kawasan yang
luas dengan pepohonan mirip bonsai (gak tau apa nama pohonnya). Di Pos 10 juga
terdapat sebuah tanah lapang plus tiang bendera yang biasa digunakan saat
upacara bendera. Dari Pos 10 menuju puncak hanya membutuhkan waktu 10 menit.
Dan akhirnya alhamdulillah sampe juga di Puncakkkkk……………..
viewnya keren, sunrisenya top…..
Foto-Foto Di Puncak Bawakaraeng |