Berawal dari rasa penasaran ketika
melewati jalan Surabaya menuju Malang dan bertanya-tanya Gunung apakah itu.
Gunung yang nampak sangat gagah, tinggi dan berbentuk kerucut layaknya Gunung
Semeru. Setelah mencari-cari info melalui mbah google dan ternyata Gunung itu
bernama Gunung Penanggungan.
Setelah mengetahui namanya,
terlitas dipikiran sepertinya asik juga jika mendaki gunung tersebut yang pada
akhirnya pada tahun lalu berhasil mendaki Gunung tersbeut hingga puncak.
Gunung Penanggungan terletak
diantara dua Kabupaten yaitu Kabupaten Pasuruan dan Mojokerto. Gunung ini
sering disebut sebagai miniatur semeru karena bentuk puncak yang hampir sama
dan Gunung ini merupakan Gunung berapi yang sedang tidak aktif. Gunung
Penanggungan memiliki ketinggian 1653 Mdpl. Gunung ini memang tidak terlalu
tinggi akan tetapi jangan meremehkannya karena gunung ini kecil kecil si cabe
rawit.
Gunung Penanggungan yang jaraknya
begitu dekat dengan kota Surabaya ini memang menjadi tujuan para pendaki yang
tidak mempunyai waktu banyak untuk menikmati kesejukan udara pegunungan. Gunung
Penanggungan memiliki beberapa jalur yaitu Jalur Jolotundo, Gajahmungkur,
Kunjoro Wesi dan yang paling populer adalah Jalur Tamiajeng. Jalur Tamiajeng
merupakan jalur paling populer karena jalur ini merupakan jalur pendakian
dengan waktu paling singkat. Jalur Jolotundo merupakan jalur resmi yang
memiliki jalur lebih panjang dan akan melewati banyak situs sejarah.
Pada tulisan singkat kali ini
saya akan sedikit bercerita dengan pendakian saya dan teman saya melalui jalur
Tamiajeng. Jalur Tamiajeng ini berada di Trawas Mojokerto. Ketika itu kami
menggunakan sepeda motor untuk menuju basecamp pendakian. Rute yang kami lewati
Surabaya menuju Sidorjo kemudian krian dan menuju arah trawas. Setelah Polsek
nanti kami belok kiri menuju ke arah UTC (Ubaya Training Center) dan lurus
sedikit kami sudah tiba di Basecamp. Waktu tempuh Surabaya-Basecamp kurang
lebih 1 jam.
Sebelum Mendaki berfoto di Pintu Masuk Gunung Penanggungan |
Pendakian menuju puncak Gunung
Penangungan melalui jalur Tamiajeng akan melewati 4 Pos. Dari pos perizinan
menuju Pos 1 merupakan jalur landai dan berbatu. Jalur ini merupakan jalur
pemanasan. Waktu tempuh ke pos 1 ini hanya 30 menit. Di Pos 1 terdapat warung
yang menjual makanan dan minuman segar.
Setelah melewati Pos 1, kami
menuju Pos 2. Jalur menuju Pos 2 merupakan jalur berbatu yang masih agak landai
dan beberapa kali tanjakan kecil. Untuk menuju Pos 2 membutuhkan waktu kurang
lebih 1 jam. Di Pos 2 ini terdapat shelter yang dapat kita gunakan untuk
berisitirahat.
Setelah melewati Pos 2, untuk
menuju pos 3, jalur berubah menjadi jalur tanah yang sudah mulai menanjak. Jalur
yang licin ketika hujan turun sehingga kita harus berhati-hati. Jalur dari pos
2 hingga pos 3 sebenarnya tidak begitu jauh akan tetapi karena jalur yang
menanjak sehingga terasa lama dan harus pandai mengatur nafas. Waktu tempuh pos
2 hingga pos 3 kurang lebih 1 jam. Di Pos 3 ini juga terdapat shelter dan kami
berisitirahat agak lama di pos ini.
Setelah mengisi energi kembali,
kami melanjutkan perjalanan ke Pos 4. Trek yang kami lewati semakin menanjak
dan berkelok. Jalur tanah dan beberapa harus melewati batuan besar. Dari pos 3
ke pos 4 memerlukan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Jalur yang menanjak cukup
terjal, kami tak hanya menggunakan 2 kaki kami untuk mendaki akan tetapi 2
tangan kami juga digunakan untuk merayap dan menarik badan kami dengan bertumpu
pada bebatuan dan ranting-ranting pohon.
Setelah melewati Pos 4, jalur
sedikit menanjak dengan medan berbatu sedikit berpasir. jalur yang dengan
kondisi jalan sedikit terbuka karena akan mencapai batas vegetasi. Dijalur ini kita sudah melihat keindahan kota dan
Gunung-gunung lainnya yang berada didekat Gunung Penanggungan. setelah 30 menit
mendaki, tibalah kami di Puncak Bayangan. Puncak Bayangan ini merupakan lahan
terbuka yang cukup luas. Disini biasanya para pendaki mendirikan tenda untuk
bermalam sebelum melanjutkan perjalanan menuju Puncak. Di Puncak Bayangan ini,
kami dapat melihat gemerlap lampu kota ketika malam dan indah dan gagahnya
Gunung Arjuno Welirang ketika siang hari. Waktu tempuh dari pos perizinan
hingga ke Puncak Bayangan normalnya 4 jam.
Setelah bermalam di Puncak
Bayangan, pada pukul 04.00 kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dari Puncak
Bayangan menuju Puncak Gunung Penanggungan membutuhkan waktu 1 jam dengan medan
yang sangat menanjak dengan kemiringan hingga 50 derajat dengan jalan berpasir
dan berbatu. Meskipun gunung ini tidak tinggi, untuk mendaki gunung ini cukup
membuat kami merayap perlahan untuk menuju puncak.
Foto-Foto di Puncak Bayangan dengan latar belakang Gunung Arjuno Welirang |
Pukul 05.00 pun kami tiba di
Puncak Penanggungan yang sering disebut sebagai Puncak Pawitra yang berarti
kabut. Karena puncak gunung ini sering tertutup oleh kabut. Puncak Pawitra pagi
kala itu, matahari mulai terbit dari ufuk timur. Warna jingga berkolabarosi
dengan langit yang membiru. Di sebelah timur Puncak Mahameru pun terlihat
dengan jelas. Ketika hari semakin siang, luasnya lumpur di Porong pun juga
terlihat. Puncak Pawitra kala itu sedang hijau. Rumput-Rumput dan ilalang di
Puncak Pawitra sedang cantik-cantiknya.
Sedikit Jepretan dari Puncak Penanggungan |
Puncak Penanggungan, tidak begitu
tinggi tetapi pemandangannya sangat keren, kamu kapan kesini?
Kapan kamu ke puncak pelaminan? (eh)
BalasHapuskepooo :(
BalasHapusbang disana ada penyewaanya kah
BalasHapus