Setelah seharian muter-muter
Pulau Tidore, malam harinya saya pun melanjutkan perjalanan menuju Pulau
Morotai dengan menggunakan kapal KM Ratu Maria. Jadwal berangkat Km Ratu Maria
pukul 19.00 WIT akan tetapi baru berangkat pukul 20.30 WIT. Harga tiket kapal
ini adalah Rp165.000. untuk pembelian tiket kapal KM Ratu Maria dapat di beli
di loket yang berada disekitar kawasan Pelabuhan Ahmad Yani. Perjalanan menuju
Pulau Morotai ditempuh kurang lebih 8 jam perjalanan.
Hari Ketiga
Hari ketiga, Pukul 06.00 WIT saya
pun tiba di Pelabuhan Daruba, Pulau Morotai. Pulau Morotai merupakan salah satu
Pulau yang berada di ujung Utara Indonesia. Pulau Morotai Berada di kepulauan
Halmahera dan bagian dari Provinsi
Maluku Utara. Pulau Morotai ini terkenal dengan Wisata sejarah, keindahan
baharinya dan juga wisata alamnya. Pulau Morotai merupakan salah satu destinasi
wisata untuk melihat sisa-sisa perang dunia ke-II. Menurut sejarah, Pulau
Morotai merupakan basis militer jepang untuk menguasai Indonesia, Filiphina dan
sebagian Malaysia. Beberapa sisa-sisa perang dunia ke-II ada seperti altileri,
bangkai kapal perang, landasan pacu dan bunker.
|
Peta Wisata Pulau Morotai |
Setelah kapal menepi di dermaga
Pelabuhan Daruba, Saya pun segera menuju tempat persewaan Speedboat untuk
menuju Pulau-pulau di sekitaran Pulau Morotai. Lokasi tempat penyewaan
speedboat berada di sisi sebelah kanan pelabuhan daruba. Untuk tarif sewa
speedboat berkisar antara Rp600.000 hingga 1 Juta rupiah perhari tergantung
keahlian tawar menawar :D. setelah melalui proses negoisasi yang cukup alot,
akhirnya terjadilah kesepakatan harga sewa yaitu Rp600.000.
Setelah terjadi kesepakan sewa
speedboat, tujuan pertama saya adalah Pulau Zum-Zum. Pulau Zum-Zum terletak
tidak terlalu jauh dari Pelabuhan Daruba. Untuk menuju Pulau ini hanya ditempuh
dengan waktu 30 menit. Pulau Zum-Zum berhadapan langsung dengan samudera
pasifik yang memiliki letak strategis pada Perang dunia ke-II. Pulau Zum-Zum
merupakan saksi bisu terjadinya perang dunia ke-II. Pulau Zum-zum juga
dinamakan Pulau Mac Arthur. karena pada masa Perang Dunia ke-II, pulau ini
pernah ditinggali oleh Jenderal MacArthur, pemimpin pasukan sekutu untuk
kawasan Asia Pasifik pada masa perang tersebut. Di Pulau Zum-Zum ini juga
terdapat Monumen Mac Arthur sebagai tanda bahwa jenderal tersbeut pernah
tinggal di Pulau tersebut. Selain menyimpan cerita sejarah, Pulau Zum-Zum juga
menyimpan keindahan alam yang sangat menakjubkan. Pasir Putih dan jernihnya air
menambah keindahan Pulau ini. Selain monument Mac Arthur, di Pulau zum-Zum juga
terdapat monument Nakamura dan juga di Pulau ini ada goa sisa persembunyian Mac
Arthur. Pulau Zum-Zum merupakan pulau tak berpenghuni dan sayanya pulau ini
kurang begitu terawatt terlihat dari banyaknya semak belukar yang menutupi
jalan-jalan setapak yang ada di Pulau ini.
Jenderal Mac Arthur merupakan
Jenderal Angkatan Darat pasukan Amerika Serikat di Filiphina pada Tahun 1942,
kemudian menjadi komandan pasukan sekutu wilayah asia pasifik barat daya, pada
tahun 1942-1945. Jenderal Mac Arthur terkenal dengan strategi “ Leap Frogging”
dan slogannya “ I Shall Return” dalam serangan merebut kembali Filiphina.
Jenderal Mac Arthur berhasil menguasai Pulau Morotai pada Tahun 1944 yang
dijadikan basis penyerangan ke Filiphina. Jenderal Mac Arthur meninggal pada 5
April 1964.
|
Monumen Mac Arthur |
|
Jernihnya air di Pantai |
|
Monumen Nakamura |
Setelah berkeliling Pulau
Zum-Zum, saya pun pergi meninggalkan pulau tersebut dan melanjutkan ke Pulau
Dodola. Lokasi Pulau dodola tidak jauh dari pulau Zum-zum, hanya memerlukan
waktu 15 menit menggunakan speedboat. Pulau Dodola ibarat surganya pulau Morotai
atau juga orang-orang sering menyebutnya “Maldives”nya Indonesia. Pulau Dodola
terdiri dari Pulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil yang disambungkan dengan
hamparan Pasir Putih yang halus nan lembut ketika air laut surut. Ketika laut
pasang pun kedua pulau ini terhubung dengan jernihnya air laut dan kita masih
bisa menyebrangi “jembatan” tersembunyi tersebut karena kedalaman hanya selutut
orang dewasa. Di Pulau Dodola tidak ada penghuni tetap akan tetapi di Pulau ini
sudah ada beberapa Cottage yang bisa digunakan jika kita ingin bermalam di
Pulau ini. Cottage ini milik pemda Morotai yang disewakan dengan harga sewa
kurang lebih Rp400.000 per Cottage. Kita
dapat menyewanya dengan menghubungi kantor parisiwata di kota Daruba Morotai. Pulau
Dodola layak menyandang surganya Pulau Morotai karena Pulau ini masih sangat
asri. Kita dapat mengelilingi Pulau ini sambil menikmati birunya air laut. Mengelilingi
Pulau dodola kecil hanya memerlukan waktu 15 menit kita dapat melihat keindahan
Pulau dodola dari beberapa sisi. Selain itu Pulau Dodola juga memiliki beberapa
Spot Snorkling dan Diving. Dan di beberapa Spot juga kita dapat melihat
sisa-sisa kapal dan pesawat perang dunia ke-II yang karam.
|
Jernihnya Air yang mengubungkan Dodola Besar dan Kecil |
|
"Jembatan" tersembunyi yang menhubungkan dua pulau |
|
Cottage di Pulau dodola |
Setelah dari Pulau Dodola, saya pun menuju Pulau Kolorai. Pulau Kolorai
letaknya tidak begitu jauh dari Pulau Dodola. Hanya memerlukan Waktu 15 menit
saja. Pulau Kolorai merupakan Pulau yang dikenal sebagai Desa Wisata. Pulau
Kolorai berbeda dengan Pulau dodola karena pulau ini merupakan pulau
berpenghuni. Pulau ini dihuni oleh kurang lebih 100 Kepala Keluarga yang
terdiri dari beberapa suku yaitu suku Galela, Ternate dan Bajo. Seluruh penghuni
pulau ini beragama Islam. Ketika sampai Pulau ini saya langsung disambut dengan
keceriaan anak-anak pulau ini yang sedang memancing ikan di dermaga. Kecerian tanpa
alat teknologi. Di Pulau Kolorai ini, desanya tampak tertata rapi. Jalan-jalan
penhubung antar rumah juga sudah cukup baik. Di Pulau ini juga sudah terdapat
fasilitas seperti masjid yang berada di tengah pulau dan sudah ada beberapa
homestay. Di Pulau Kolorai, mayoritas penduduk disini bermata pencaharian
sebagai nelayan dan pencari teripang. Dan ketika saya berjalan mengelilingi
Pulau ini, saya pun ketemu seorang Bapak yang ternyata berasal dari Banyuwangi
dan Bapak itu banyak bercerita tentang keunikan Pulau Kolorai ini. Bapak
tersebut sudah bertempat tinggal di pulau ini selamat 4 tahun karena beristeri
orang Pulau Kolorai. Pulau Kolorai terdapat sumber air tawar yaitu sari sumur
yang berada di tengah Pulau sehingga warga pulau ini tidak terlalu sulit
mendapatkan air tawar. Hal unik hasil ikan dari pulau ini adalah ikan asinnya
yang berbeda dengan ikan asin yang dididapat dari sekitaran pulau morotai
lainnya. Menurut bapak tersebut, ikan asin dari pulau kolorai ini dapat dimakan
langsung hhmmm :D. di Pulau Kolorai juga terdapat sebuah sekolah dasar sehingga
anak-anak pulau ini dapat bersekolah. Selain dari itu, Pulau Kolorai juga
menampilkan bentang panjang pasir putih yang indah dan juga ada beberapa spot snorkeling
juga disekitaran Pulau Kolorai.
|
Papan tulisan yang ada di rumah warga |
|
Jalan yang menghubungkan antar rumah |
|
Kecerian anak-anak Pulau Morotai |
|
Hamparan pasir putih di Pulau Kolorai |
Setelah dari Pulau Kolorai, saya pun kembali ke Pelabuhan Daruba karena
waktu sudah mulai sore dan karena takut ombak semakin tinggi sih :D. setibanya
di Pelabuhan Daruba, saya langsung menuju penginapan yang berada di dekat pintu
pelabuhan. Harga penginapan disini Rp170.000/malam dengan fasilitas AC. Setelah
bersih-bersih di penginapan, saya pun menuju pelabuhan kembali untuk melihat
kecerian anak-anak pulau morotai menikamti matahari terbenam sambil berenang di
laut.
|
Sunset di Pelabuhan Daruba |
Ditunggu kelanjutannya ya…………….