“One’s Destination Is
Never Place, But A New Way Of Seeing Things” – Henry Miller
Mamuju, sebuah kota yang paling
ditakuti ketika mendengar kota ini waktu sebelum penempatan kerja waktu dulu. Kota
yang sering diplesetin sebagai “Maju Mundur Jurang”. Akan tetapi, Kota yang
merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Barat ini tidak seperti dibayangkan.
Beberapa bulan yang lalu, saya
berkesempatan mengunjungi kota ini. Kota ini cukup ramai walaupun tidak seramai
kota besar. Walaupun tidak ada Mall besar, kota ini sudah banyak kafe-kafe ala
anam muda kekinian yang asik untuk nongkrong-nongkrong atau sekedar ngopi
sambil wifian.
Apa yang membuat saya tertarik
untuk berkunjung ke kota ini adalah tempat wisatanya. Konon katanya, Mamuju
memiliki keindahan alam yang luar biasa. Sebagai kota di pesisir laut, sangat
jelas potensi wisatanya banyak berupa pantai dan keindahan bawah lautnya.
Perjalanan saya di Kota ini hanya
singkat yaitu 2 hari 1 malam. Berangkat dari Kota Makassar Jumat Malam hari dan
kembali pada Minggu malam. Perjalanan menuju Kota Mamuju dari Kota Makassar
ditempuh kurang lebih 8-9 jam perjalanan darat. Sebenarnya ada rute pesawat
Makassar ke Mamuju yang dioperasikan oleh beberapa maskapai akan tetapi jam
penerbangan hanya ada pada siang hari sehingga saya memilih menggunakan Bus
yang berangkat pada malam hari dan tiba pada di Mamuju pada Waktu subuh. Ongkos
Bus dari Kota Makassar ke Mamuju berkisar harga Rp150.000 hingga Rp200.000
tergantung kelas dan operator busnya.
Bus yang kami tumpangi untuk menuju Kota Mamuju |
Pada Waktu Subuh, Saya dan 1
teman saya tiba di terminal Regional Mamuju dan kami pun segera menuju Kostan
teman kami untuk sekedar berisitirahat dan mandi-mandi sebelum bersiap
berpetualang di hari pertama.
Hari Pertama ini tujuan pertama
kami adalah Pulau Karampuang. Pulau Karampuang merupakan salah satu destinasi
wisata terfavorit di Kota Mamuju. Pulau yang berada di Kecamatan Simboro
ini lokasinya tidak jauh dari Pusat
kota. Untuk menuju Pulau ini, dari pusat kota kita menuju pelabuhan Mamuju atau
tepatnya dermaga yang berada di kawasan pelelangan ikan Kasawi. Dari dermaga
ini kita dapat menyewa perahu dengan biaya Rp20.000/orang untuk pulang pergi,
cukup murah bukan. Waktu tempuh pun tidak begitu lama hanya 20 menit saja.
Pulau Karampuang memiliki pesona
keindahan bawah laut yang sangat indah. Terumbu karang dan biota laut yang
beraneka ragam menjadi daya tarik tersendiri. Terumbu karang di pulau ini masih
sangat alami sehingga kita dapat benar-benar dapat melihat keindahannya.
Pulau Karampuang juga memiliki
dermaga panjang yang menjorok dari garis pantai ke laut sepanjang kurang lebih
500 meter sehingga kita juga dapat melihat keindahan karang-karang hanya dari
dermaga saja tanpa perlu menyelam atau snorkling. Dari atas dermaga kita dapat
melihat air yang jernih sekali sehingga ikan-ikan yang berwarna-warni dapat
terlihat dengan jelas.
Selain menikmati kiendahan laut
dari Dermaga, kita juga dapat menelusuri seluk beluk pulau mengikuti jalan
setapak yang sudah dibangun. Kita dapat menikmati keindahan pulau dari atas
bukit sambil melihat pusat kota Mamuju
dari kejauhan.
Selain keindahan lautnya, di
Pulau Karampuang juga terdapat Gua. Gua ini bernama Gua Lidah. Di Gua ini
terdapat tangga yang bisa digunakan untuk menelusuri Gua hingga ke dalam. Di bagian
selatan pulau ini juga terdapat sumur tiga rasa atau sering dikenal sebagai
Sumur Jodoh. Sumur ini memiliki tiga rasa yaitu rasa tawar, asin dan payau.
Setelah puas menikmati keindahan
alam Pulau Karampuang, kami pun kembali ke pusat kota. Beristirahat sejenak
sambil makan siang dan bersih-bersih, tujuan wisata kedua kami di Kota Mamuju
ini adalah Rumah Adat Mamuju.
Rumah Adat Mamuju ini berada di
Pusat Kota sehingga sangat mudah menemukan lokasi ini. Di Lokasi ini kita dapat
mengenal lebih bentuk rumah adat Mamuju. Rumah Adat Mamuju merupakan kesatuan
bangunan yang nilainya tidak terpisahkan dengan bangunan lain. Bangunan rumah
adat Mamuju terdiri dari beberapa unit yaitu bangunan utama, Rumah utama Raja,
Salassa, Pandai besi emas, lumbung padi, kandang kuda, kandang rusa dan semua
bangunan ini terbuat dari kayu.
Setelah dari Rumah Adat Mamuju,
kami menuju Pantai Mannakara. Pantai Mannakara merupakan pantai yang lokasinya
di pusat kota, tidak jauh dari Rumah Adat Mamuju. Pantai Mannakara adalah
pantai yang layaknya Pantai Losari di Makassar. Pantai yang sangat ramai di
sore hari karena pantai ini adalah lokasi untuk berkumpul para tua muda,
anak-anak pria hingga wanita. Pada sore hari berjejer warung sepanjang bibir pantai yang menawarkan makanan
dan minuman. Dari kopi hingga saraba, jagung bakar hingga pisang epe, ya memang
tidak berjauh berbeda dengan Pantai Losari. Hal unik yang berada di Pantai
Mannakara adalah terdapat payung-payung besar dan terdapat juga Gong
perdamaian.
Puas menikmati Pantai Mannakara,
kami pun menuju selatan yaitu ke Masjid Gubernur Sulawesi Barat. Di Masjid ini
cukup ramai di sore hari, selain untuk beribadah, dari masjid ini juga kita
dapat melihat keindahan laut dan Pulau Karampuang dari kejauhan karena Masjid ini
berada di dataran tinggi. Di dekat Masjid ini juga terdapat jembatan unik yang
sangat instagenic sehingga sore itu banyak sekali muda mudi selfie di sepanjang
jembatan.
Setelah dari Masjid, kami pun
menyudahi perjalanan kami di hari pertama ini di Kota Mamuju. Kota yang tidak
seperti dibayangkan selama ini.
Hari kedua kami kemana
saja?tunggu yah kelanjutannya :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar