Pagi hari di Pulau Morotai. Tak terasa
sudah hari keempat. Pagi itu suasana di Pulau Morotai masih sangat sepi. Hanya beberapa
bentor saja yang berlalu-lalang mengantar penumpang ke Pasar. Di hari keempat
ini saya akan melihat sejenak lokasi-lokasi bersejarah yang ada di Pulau
Morotai. Akan tetapi karena keterbatasan waktu, jadi tidak seluruh tempat saya
kunjungi. Pagi itu hanya 2 tempat yang saya kunjungi yaitu situr Air Kaca dan
Monumen Trikora. Keterbatasan waktu ini karena saya menyesuaikan jadwal
speedboat menuju Tobelo. Sebenarnya jadwal speedboat ini hingga sore, akan
tetapi speedboat berangkat hanya jika kapal penuh sehingga lebih baiknya
berangkat di pagi hari ditambah juga jika pagi hari keadaanombak masih cukup
tenang.
Dengan menyewa Bentor seharga
Rp100.000 (mahal :( )
saya pun pertama menuju Situs Air Kaca. Melintasi pusat kota Morotai dan
suasana mulai ramai oleh para abdi Negara yang sedang berupacara di halaman
gedung kantor Bupati Morotai. Melintasi beberapa situs sejarah dan Bandar udara
pitu, saya pun tiba di Situs Air Kaca.
Situs air Kaca merupakan sebuah
ceruk mata air alami atau juga sungai bawa tanah yang muncul ke permukaan
tanah. Disebut air Kaca karena dahulu air disini bening dan jernih sekali
seolah-olah kita dapat mengaca. Akan tetapi pada saat ini kondisi air kaca tak
sejernih dahulu kala. Air Kaca ini merupakan tempat Jenderal Mac Arthur mandi
dan juga menjadi sumber air yang vital bagi pasukan perang Amerika di masa
perang dunia ke-II. Dan juga menurut cerita, Jenderal Mac Arthur mendapat
ramalan dalam berperang nanti ketika mandi ditempat ini.
Lokasi situs air kaca ini tidak
jauh dari pusat kota Daruba. Jarak tempuhnya kurang lebih 7KM. dari pusat kota
Daruba, hanya tinggal mengikuti jalan kea rah bandara Pitu dan kemudian
mengikuti petunjuk jalan yang sudah ada.
Untuk mencapai kolam, kita dapat
menuruni anak tangga. Menurut bapak penjaga situs ini, anak tangga tersebut
sudah dibangun sejak dahulu oleh Amerika. Sebuah bak penampungan air
peninggalan juga masih ada terlihat kuat berdiri.
Lokasi Situs Air Kaca |
Setelah dari situs air kaca, saya
pun kemudian menuju Monumen Trikora. Lokasi Monumen Trikora ini di pinggir
jalan utama dari situs air kaca menuju pelabuhan daruba. Monumen ini dibangun sebagai simbol bahwa dulu
pulau Morotai dijadikan sebagai tempat mendarat pasukan Trikora ketika akan
berjuang merebut kembali Irian Barat. Didekat Monumen Trikora juga
terdapat Museum Trikora akan tetapi pada saat saya kesana, museum tersebut
sedang dalam tahap renovasi. Di sekeliling Monumen Trikora terdapat beberapa
Kincir angin yang menarik untuk kita lihat.
Monumen Trikora |
Setelah dari Monumen Trikora saya pun kembali
ke penginapan sebentar untuk bersih-bersih dan sarapan. Setelah itu saya pun ke
Pelabuhan Daruba untuk menuju Kota Tobelo menggunakan Speedboat. Tarif
Speedboat sebesar Rp100.000/orang. Speedboat baru berangkat jika kuota 12 orang
terpenuhi sehingga saya pun harus menunggu kurang lebih 30 menit. Sambil menunggu,
saya pun melihat-lihat para warga sekitar memancing di beningnya air disekitar
pelabuhan. Penyebrangan dari Pelabuhan Daruba menuju Tobelo memakan waktu
kurang lebih 90 menit. Alhamdulillah siang itu ombak masih cukup tenang :D.
melintasi lautan luas, melewati beberapa pulau kecil disekitaran morotai
seperti pulau mitita yang dari kejauhan menampilkan pantai pasir putih yang
panjang.
Perjalanan Menuju Tobelo |
Setelah sampainya di Tobelo, saya pun naik
angkutan umum dengan mobil avanza atau xenia atau orang tobelo menyebutnya
taksi. Tarif taksi dari tobelo menuju Pelabuhan Sofifi sebesar Rp.120.000
tergantung jumlah penumpang salam satu mobil. Pelabuhan Sofifi merupakan
pelabuhan penghubung untuk menuju Pulau Ternate. Dari tobelo menuju Pelabuhan
Sofifi memakan waktu kurang lebih 5 jam. Perjalanan melintasi trans Halmahera
didominasi oleh jalan berliku dengan sepanjang jalan kita memandang lautan yang
biru mempesona. Pohon pohon kelapa di sisi pantai menambah segar dan tak
membuat ngantuk. Jalur trans Halmahera ini memiliki jalan yang bagus hanya ada
beberapa titik saja yang rusak itupun hanya pendek. Jauh dari banyangan yang
akan mengira jalur trans Halmahera ini akan banyak jalan yang rusak.
Ikan yang baru ditangkap dan dikumpulkan di Pelabuhan Tobelo |
Pelabuhan Speedboat Tobelo |
Setelah sampai di Pelabuhan kapal fery Sofifi, saying
sekali sudah ketinggalan kapal. Yang dijadwal pukul 15.30 akan tetapi pukul
15.00 sudah berangkat haha pas banget sampe pelabuhan kapalnya berangkat. Oleh karena
itu, saya pun segera menuju pelabuhan speedboat. Jadwal Speedboat disini juga
tak menentu, speedboat berangkat jika kuota terpenuhi. Tarif Speedboat sebesar
Rp50.000 dengan menempuh waktu kurang lebih 1 jam perjalanan.
Sesampainya di ternate, saya pun berjalan
kembali menuju Pantai Falajawa. Pantai Falajawa ini merupakan tempat
berkumpulnya muda-mudi ternate. Pantai ini kalau di Makassar mirip dengan
Pantai Losari, akan tetapi di Pantai ini airnya masih jernih sekali dan bias digunakan untuk berenang maupun
Snorkling. Di Pantai ini juga masih terdapat banyaknya ikan-ikan berwarna warni
yang dapat kita lihat baik dari pinggir pantai ataupun ketika snorkling. Didekat
Pantai falajawa juga terdapat Taman Nukila yang merupakan tempat bermain dan
bersantai dibawah rindangnya pepohonan dan menikmati semilir angin pantai. Dan kemudian
kita juga dapat menuju Masjid almunawar. Masjid Apung ditepi laut ini merupakan
masjid yang cukup besar di Kota Ternate.
Masjid Agung Al-Munawar |
Setelah dari pantai Falajawa, saya pun kembali
ke Penginapan. Kali ini saya kembali menginap di Penginapan Intan yang berada
di Jalan Salim Fabanyo, Tanah Raja, Ternate. Penginapan dengan harga Rp150.000
permalam ini cukup baik dan bersih dan yang terpenting nyaman untuk tidur.
Hari Kelima
Tak terasa sudah hari kelima dan hari ini pun
harus kembali ke Makassar. Penerbangan saya kembali ke Makassar menggunakan
maskapai Sriwijaya air dengan jam keberangkatan pukul 16.15. karena penerbangan
masih sore, saya pun pagi itu memilih lokasi yang tidak jauh dari kota. Pilihan
pertama saya yaitu Pantai Fitu. Pantai Fitu merupakan Pantai yang terletak di
Kelurahan Fitu, ditepi jalan ngade atau searah dengan jalan menuju Danau Ngade.
Pantai Fitu merupakan Pantai yang wajib anda kunjungi jika berkunjung ke Pulau
Ternate. Pantai Fitu merupakan lokasi paling pas untuk merekonstruksi foto di
uang pecahan seribu rupiah. Sudut angel yang didapat sangatlah pas. Dengan latar
belakang pulau maitara dan Pulau Tidore, menambah cantik pemandangan di Pantai
ini. Untuk menuju pantai fitu, kita dapat menaiki oto dari terminal dengan tarif
Rp6.000 dan berhenti di gang masuk menuju Pantai Fitu.
Pantai Fitu |
Setelah dari Pantai Fitu, saya pun menuju
Kedaton Ternate. Kedaton Ternate terletak di Pusat Kota sehingga sangat mudah
untuk menuju tempat ini. Kedaton Ternate merupakan tempat bersejarah yang
berada di Ternate. Museum Kedaton Ternate dibangun sejak tahun 1813 oleh sultan
Muhammad Ali di atas bukit Limau Sentosa. Museum Kedaton Sultan Ternate
berbentuk segidelapan yang bentuknya menyerupai seekor singa yang sedang duduk
dengan kedua kaki depannya menghadap ke laut dan Gunung Gamalama sebagai latar belakangnya. Dari sinilah sejarah
pemerintahan Kesultanan Ternate yang pertama dimulai hingga mencapai
kejayaannya lalu kemudian direnggut oleh bangsa kolonial. Di tempat ini
menyimpan banyak barang-barang bersejarah seperti pakaian sultan, alat perang,
dan yang paling unik dan sacral ialah Mahkota sang Sultan. Mahkota ini memiliki
rambut yang dapat tumbuh layaknya rambut manusia sehingga menjadi satu
kewajiban untuk melakukan upacara ritual istampa atau
pemotongan rambut mahkota setiap satu tahun sekali setiap hari raya Idul Adha. Sayangnya,
ketika saya berkunjung ke Kedaton Ternate tidak dapat melihat secara langsung
mahkota tersbeut karena barang tersebut sangatlah sakral dan disimpan di salah
satu ruang di Kedaton. Untuk memasuki Kedaton ini tidak dipungut biaya hanya
saja ada sumbangan sukarela untuk para abdi keratin yang memandu kita untuk
melihat-lihat dan mecertikan sejarah Kerajaan Ternate.
Gunung Gamalama dari Pintu Masuk Kedaton |
Pakaian Sultan |
Pemandangan dari Kedaton |
Ruang Utama Kedaton |
di Pendopo Kedaton |
Setelah dari Kedaton Ternate, saya pun
melanjukan ke Benteng Tolukko. Benteng ini merupakan spot terakhir yang saya
kunjungi dalam perjalanan saya di Ternate. Lokasi Benteng ini tidak jauh dari
Bandara sehingga saya mengunjunginya ketika perjalanan kembali menuju Bandara.
Benteng Tolukko.
Benteng Tolukko merupakan salah satu dari banyaknya
benteng di Ternate. Benteng Tolukko terletak di Kelurahan Sangadji, Ternate.
Benteng ini merupakan peninggalan bangsa portugis. Benteng Tolukko dibangun
oleh seorang panglima Portugis yang bernama Fransisco Serao, pada tahun 1540. Benteng ini dibangun
dalam upaya mempertahankan dalam menguasai cengkih yang kala itu didominasi
oleh bangsa Eropa. Benteng Tolukko ditinjau dari segi pertahanan
terletak ditempat strategis. Karena diibangun diatas Bukit Batuan yang tinggi diatas
lembah sekitarnya dan lokasinya dekat laut. Letaknya yang dekat ke laut membuat
akses ke laut sangat mudah. Bukit Batuan tempat Benteng Tolukko berdiri
memanjang ke arah Barat laut. Saat ini Benteng Tolukko dibuat taman dengan rerumputan
yang hijau sehingga menambah kecantikan benteng ini.
Setelah dari benteng Tolukko,
saya pun menuju Bandara dan selesailah perjalanan Jelajah
Ternate-Tidore-Morotai kali ini. Sebenarnya masih banyak tempat-tempat indah
lainnya di Ternate dan Tidore, akan tetapi karena keterbatasan Waktu hanya
beberapa saja yang dapat saya kunjungi. Jadi gak ada salahnya jika kalian
berwisata sambil belajar sejarah di Pulau ini. Dijamin gak akan menyesal….
Selesai……………